Siapakah Muslim Syiah Itu dan Kenapa di Anggap Sesat ? Lengkap

muslim syiah
Siapakah muslim syi'ah itu dan kenapa semua umat muslim di dunia menganggapnya sesat ? Muslim Syi’ah  adalah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam.

Secara umum, Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama (Abu Bakar, Umar bin Khatthab dan Usman bin Affan), Sunni juga menolak Imam dari Imam Syi'ah.

Syi'ah Zaidiyyah, termasuk Syi'ah yang tidak menolak kepemimpinan tiga Khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abu Thalib.

Secara garis besarnya, sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah

Kontroversi Tentang Syi'ah


Hubungan antara Sunni dan Syi'ah telah mengalami kontroversi sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syi'ah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna meninggalkan. Dalam terminologi syariat Sunni, Rafidhah bermakna "mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya".

Sebagian Sunni menganggap firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja-muji Ali bin Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan kekhalifahan. Syi'ah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif.

Namun terdapat pula kaum Syi'ah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan di antara para sahabat mengenai masalah imamah Abu Bakar dan Umar

Inillah Penyebab Kenapa Muslim Syi’ah di Benci Umat Muslim di Seluruh Dunia dan Dianggap Sesat



  1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
    Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari.
    [Majmu' Fatawa, 4/435]

  2. Rukun Islam menurut agama Islam : Dua Syahadat,Shalat,Puasa,Zakat,Haji
    Rukun Islam ala agama Syi’ah : Shalat,Puasa,Zakat,Haji, Wilayah/Kekuasaan
    [Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]

  3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu: Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab-Kitab, Iman Kepada Para Rasul, Iman Kepada hari qiamat, Iman Kepada Qadha Qadar.
    Rukun Iman ala Agama Syi’ah ada 5 Perkara, yaitu: Tauhid, Kenabian, Imamah, Keadilan, Qiamat

  4. Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat yang masyhur).
    Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).
    [Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]

  5. Adzan menurut Agama Islam :
    (Allohu akbar) 4 kali
    (Asyhadu alla ilaha illalloh) 2 kali
    (Asyhadu anna Muhammadan rosululloh) 2 kali
    (Hayya ‘alash Sholah) 2 kali
    (Hayya ‘alal falah) 2 kali
    (Allohu akbar) 2 kali
    (La ilaha illalloh) 1 kali
    ***Adzan Ala Agama Syi’ah:
    (Allohu akbar) 4 kali
    (Asyhadu alla ilaha illalloh) 2 kali
    (Asyhadu anna Muhammadan rosululloh) 2 kali
    (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyulloh) 2 kali
    (Hayya ‘alash Sholah) 2 kali
    (Hayya ‘alal falah) 2 kali
    (Hayya ‘ala khoiril ‘amal) 2 kali
    (Allohu akbar) 2 kali
    (La ilaha illalloh) 2 kali

  6. Islam meyakini bahwa shalat diwajibkan pada 5 waktu.
    Syi’ah meyakini bahwa shalat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.

  7. Islam meyakini bahwa shalat Jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu'ah:9]
    Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat jum’at hukumnya tidak wajib.

  8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah 9:100]
    Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari.
    [Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]

  9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.
    Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala Quraisy yang terlaknat.
    [Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].

  10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.
    Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.

  11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.
    Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib

  12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah
    Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.


Fatwa MUI Tentang Syi’ah


Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ ah sebagai berikut :

Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.

Perbedaan itu di antaranya :

  1. Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait, sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mustalah hadis.

  2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).

  3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.

  4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) memandang dari
    segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan umat.

  5. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).


Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah”(pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah

Ditetapkan : Jakarta, 7 Maret 1984 M
4 Jumadil Akhir 1404 H

Download Fatwa MUI mengani faham syiah disini

Umat Islam di Bantai Syiah


Ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syi’ah, dan ketika Ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para penguasa Syi’ah, saat itu pula di Indonesia misionaris Syi’ah leluasa menjajakan paham sesatnya di radio, surat kabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN.

Kalangan Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.

Itulah sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah merupakan minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011 lalu, menunjukkan hal itu. Secara akal, bila tidak ada kasus Sampang, boleh jadi kewaspadaan Ummat Islam terhadap gerakan Syi’ah yang sudah sedemikian berani dan nekat, tidak bangkit ke permukaan.

ADA FENOMENA yang paradoks, ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Bashar Assad (kelahiran Damaskus, 11 September 1965) yang berpaham Syi’ah Nushairiyah; dibantai di Iran yang merupakan pusatnya paham sesat Syi’ah, bahkan di Teheran ibukota Iran tidak ada satu pun masjid Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah); di Indonesia yang konon berpaham Ahlussunnah wal jama’ah ini, para misionaris Syi’ah justru leluasa mempropagandakan bahwa Syi’ah itu bagian dari Islam, atau merupakan salah satu madzhab dalam Islam.

Para misionaris Syi’ah itu seolah tidak terusik oleh fakta kekejaman kalangan Syi’ah di Suriah dan di Iran yang membunuhi Ummat Islam. Para misionaris itu tetap saja menjajakan kebohongan bahwa Syi’ah dan ahlussunnah wal jama’ah itu sama-sama Islam yang layak hidup berdampingan, jangan membesar-besarkan perbedaan, Syi’ah itu Islam juga, tuhannya Allah, nabinya Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sebagainya. Padahal iblis juga mengakui Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Namun iblis mengingkari perintah Allah dan wahyu-Nya yang disampaikan kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Artinya, dari segi tauhid, iblis justru terlihat lebih baik dari kalangan Ahmadiyah yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam; juga lebih baik dari sekte Syi’ah bathiniyah yang mempertuhankan Ali bin Abi Thalib ra. Salah satu materi bid’ah yang diprakarsai Syi’ah bathiniyah adalah peringatan maulid Nabi. Di Indonesia, peringatan maulid Nabi menjadi program “wajib” di kalangan yang menyebut dirinya ahlussunnah wal jama’ah. Bahkan, mereka tidak hanya ‘mewajibkan’ peringatan maulid, tetapi mencibir Ummat Islam yang menolak peringatan maulid dengan sebutan wahabi.

Fakta kekejaman penguasa Syi’ah di Suriah dapat diperoleh dari Wahid Shaqr. Menurut juru bicara Gerakan Perubahan Nasional Suriah ini, selama satu tahun revolusi Suriah berlangsung, lebih dari 15 ribu warga sipil muslim Suriah gugur oleh serangan militer rezim Bashar Assad. Sebelumnya, menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi asal Suriah ketika berkunjung ke Indonesia Februari lalu, sejak revolusi yang terjadi pada 15 Maret 2011, rezim Syi’ah Nushairiyah Bashar Assad menghancurkan wilayah pemukiman penduduk Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dengan tank, roket, dan serangan bom.

Bahkan serangan militer yang brutal itu juga ditujukan kepada sejumlah masjid yang di dalamnya masih berlangsung pelaksanaan ibadah shalat. Akibat serangan itu, selama satu tahun revolusi, terdapat belasan ribu Ummat Islam tewas di tangan rezim Syi’ah ini, sedangkan sekitar 5.000 jiwa lebih lainnya menderita luka-luka serius hingga ringan.

Masih menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi, Ummat Islam yang lolos dari lubang maut serangan brutal tersebut, dimasukkan ke dalam penjara. Jumlahnya mencapai 100.000 lebih. Sebagian lainnya mengungsi ke Lebanon, Turki, Jordan, Arab Saudi dan negara-negara lainnya, yang jumlahnya mencapai lebih dari 500 ribu jiwa.

Di Suriah, komunitas Syi’ah adalah minoritas. Ketika mereka menguasai kekuatan politik dan militer, maka warga Islam Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) yang jumlahnya mencapai 80 persen dari total penduduk Suriah yang mencapai 20 juta jiwa ini pun menjadi sasaran pembantaian. Menurut catatan, sekitar 10 persen penduduk Suriah adalah penganut Syi’ah Nushairiyah (yang sedang berkuasa), lima persen Syi’ah bathiniyah, dan lima persen lainnya penganut Nashrani.

Jadi, kalangan Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.

Itulah sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah merupakan minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi malu-malu dan tidak lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi pada 29 Desember 2011 lalu, menunjukkan hal itu. Kalau tidak ada kasus Sampang, boleh jadi kewaspadaan Ummat Islam terhadap gerakan Syi’ah yang sudah sedemikian berani dan nekat, tidak bangkit ke permukaan.

Gerakan Syi’ah tidak melulu berupa program terstruktur dari sebuah lembaga berbadan hukum yang jelas-jelas menyatakan dirinya Syi’ah, tetapi bisa disisipkan di lembaga-lembaga yang terlanjur diidentifikasi sebagai lembaga bukan Syi’ah oleh masyarakat. Misalnya, di Radio Silaturahim (Radio Rasil) yang memposisikan diri sebagai radio dakwah Islam, ternyata di sebagian acaranya, ada propaganda paham sesat Syi’ah. Terutama acara yang dibawakan oleh ustadz Husen Alatas dan ustadz Zen Al-Hady.

Di sejumlah masjid yang secara kultural lebih dekat ke NU (Nahdlatul Ulama), ada kalanya bisa ditemukan materi khotbah Jum’at yang mengandung propaganda paham sesat Syi’ah, dan hal tersebut tidak disadari oleh jama’ah maupun pengurusnya. Begitu juga dengan televisi RI maupun swasta, karena pemilik dan pengelola program keagamannya awam, maka mereka seringkali tidak menyadari sedang ditunggangi oleh para misionaris Syi’ah untuk mengkampayekan paham sesat Syi’ah. Bahkan TVRI beberapa tahun yang lalu pernah kecolongan selama Ramadhan menyiarkan materi Syi’ah, sehingga pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) menurut salah seorang ketua MUI, menyatakan keberatannya.

UIN alias IAIN yang selama ini suka disebut sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang juga melahirkan paham liberal bahkan neo-komunisme, juga bisa dirasakan adanya gerakan Syi’ah di dalamnya. Misalnya, melaui sejumlah disertasi maupun tesis yang berbau Syiah. Bahkan, ada disertasi dan tesis yang justru mempromosikan konsep Nikah Mut’ah ynag sudah diharamkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Misalnya, salah satu tesis karya Munawar, SHI dari IAIN/UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 13 Desember 2006, berjudul Nikah Mut’ah Sebuah Alternatif Solusi Perzinaan. Dari UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, setidaknya bisa ditemui belasan karya tulis (tesis dan disertasi) yang berbau Syi’ah. Di UIN Alaudin Makassar, bisa ditemui sekitar lima karya tulis yang berbau Syi’ah. (lihat, Astaghfirullah… Sejumlah disertasi dan tesis di UIN IAIN Indonesia berbau Syiah, bahkan ada yang promosi Nikah Mut’ah)

Menurut informasi Nugon di suatu milis yang anggotanya para intelektual Muslim di dalam negeri maupun luar negeri, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada masa tertentu yang namanya tesis atau skripsi harus cenderung kepada paham Mu’tazilah, Syi’ah atau Sepilis. “Kalau lurus, lempeng, ndak laku, sulit di-approved untuk diuji, dan sulit lulus. Koko ane dulu mengajukan skripsi yang cukup brilian menurut ane, yaitu perbandingan Shakespeares vs Dongeng 1001 Malam. Mau dibedah dari segi sastra. Tapi lama sekali tidak ditanggapi oleh dosen pembimbingnya. Walhasil terpaksa ganti haluan, cari topik skripsi yang ringan-ringan, baru di-approved.”

Di UIN Alaudin Makassar, konon tokoh Syi’ah Jalaluddin Rakhmat menempuh program untuk gelar doctor di sana, namun diprotes oleh para tokoh Islam. Maka dalam wisuda ke-61 periode Desember 2011, yang berlangsung pada hari Kamis tanggal 29 Desember 2011, di Auditorium UIN Alauddin Rektor UIN Alauddin, Prof Dr H A Qadir Gassing HT MS, menjelaskan, UIN Alaudin Makassar tidak memberi gelar doktor kepada Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal), namun Kang Jalal sendiri yang mendaftar secara resmi melalui program doktor by research.

Sikap petinggi UIN Alaudin Makassar yang toleran dan akomodatif terhadap Jalaluddin Rakhmat yang selama ini jelas-jelas berpaham Syi’ah menunjukkan bahwa gerakan Syi’ah memang berani dan terang-terangan. Selama ini Jalaluddin Rakhmat melalui sejumlah tulisannya mengkafirkan sahabat Nabi.

Misalnya, dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari, IJABI Jabar bekerjasama dengan IJABI Sulsel, Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H. hal. 3, Kang Jalal mengatakan bahwa para sahabat merobah-robah agama. Di halaman berikutnya, Kang Jalal mengatakan bahwa para sahabat murtad.

Sedangkan melalui tulisannya berjudul Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan), Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24, Kang Jalal mengatakan bahwa Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian. Kemudian di halaman 73, Kang Jalal mengatakan bahwa ia (Muawiyah) bersama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Begitulah faktanya, ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syi’ah, ketika Ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para penguasa Syi’ah, sementara itu di Indonesia misionaris Syi’ah leluasa menjajakan paham sesatnya di radio, suratkabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi. Ketika tokoh-tokoh penyesat bepaham sesat Syi’ah kian berani, pantaskah tokoh Islam ahlussunnah wal jama’ah justru cari aman, pura-pura tidak tahu, atau justru berbalik arah mendukung Syi’ah?

Ref : Dari berbagai sumber

Komentar

  1. DAYRUL HAYU NASUTION1 Oktober 2013 pukul 20.33

    LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL 'ALIYYIL 'AZHIIM...........
    SEMOGA SAJA KITA SEBAGAI MAHASISWA YANG BERIMAN KEPADA ALLAH DAN RASULLULLAH SECARA KAFFAH TIDAK MUDAH DIOMBANG AMBINGKAN OLEH PAHAM-PAHAM YANG MENYESATKAN "SYIAH". AMIN.........
    GALI TERUS ILMU YANG BERMANNFAAT UNTUK KITA, KELUARGA KITA BAHKAN NEGARA KITA.

    BalasHapus
  2. Sesungguhnya semua muslim itu bersaudara.
    Harap jangan memecah belah Islam, faham itu produk sejarah tapi cinta itu tidak boleh dipengaruhi latar belakang apapun.
    Smoga kedepan forum ini tidak berisi hasutan yang memperbesar jurang pemisah apalagi sampai menjadi sebab kehancuran umat.
    jangan lihat negara dan bangsa lain jadilah bangsa sendiri yang saling menghargai satu sama lain.

    BalasHapus
  3. Bahwa sesungguhnya jalaluddin rahmat (syiah rafidhah imamiyah) dengan ijabinya telah sungguh2 menghujat dan melecehkan Rasulullah , walaupun caranya tidak langsung tetapi dengan jalan menghujat dan melecehkan semua pilihan Rasulullah .

    BalasHapus
  4. KH Abdurahman Wahid (Gusdur) cucu dari pendiri NU mengatakan bahwa NU (Nahdhatul Ulama) itu adalah SYIAH minus Imamah, sedangkan SYIAH itu adalah NU Plus Imamah. Kalo warga NU asli sudah paham, ga bisa di ombang ambing dengan isu isu antar mazhab, beda sama wahabi yang dari dulu selalu bikin fitnah dan mempertentangkan mazhab. NU itu sama SYIAH sama cara ibadahnya. makanya Gusdur mengatakan NU itu adalah SYIAH minus IMAMAH.

    BalasHapus
  5. KOMENTAR ANDA BENAR UNTUK ITU MARI SUNGGUH2 MEMOHON KEPADA ALLAH UNTUK SELALU DIBERIKAN PETUNJUK DAN PEMBERIAN TERBAIK MENURUT ALLAH KEPADA KITA,AGAR KITA TIDAK BUTA AGAMA
    ISLAM ADALAH AGAMA YG DIRIDHAI ALLAH MAKA SAPA YG MERUSAKNYA AKAN BERHADAPAN DGN MAHDI.

    BalasHapus
  6. memang sesama umat Islam adalah bersaudara,tetapi yg mana dulu ? Yg bersaudara itu adalah umat Islam pengikut Nabi Muhammad SAW yg berpegang kpd Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. .Yg membuat ajaran 2 yg menyimpang dan sesat spt Syi'ah dan Ahmadiyah dan paham Mu'tazilah adalah SESAT karena membangkang kpd 'Aqidah ,serta Rukun Iman.

    BalasHapus
  7. ISLAM terbagi 73 macam dan satu macam yang dijanjikan masuk surga (ajaran yang mengikuti Rasulullah) lalu apa lagi yang harus dipertentangkan ? lebih baik kita melaksanakan ibadah dan melakukan sunnah Rasul tidak perlu merasa diri yang lebih benar sesungguhnya kebenaran itu ada pada ALLAH SUBHANAWATA'ALA.

    BalasHapus
  8. Islam terbagi menjadi 73 golongan , hanya 1 golongan yang masuk surga tanpa hisab , golongan lainnya harus di hisab dulu ,, golongan 1 itu adalah golongan umat yang dalah hati , pikiran dan tindakannya selalu berbuat kebajikan sesuai Sunah dan tidak melakukan yang dilarang .
    Golongan kedua bisa saja seperti golongan pertama tapi dia kadang berbuat kesalahan dengan sengaja dan belum sempat bertobat .
    Golongan ketiga seperti golongan kedua , tapi kesalahannya lebih banyak ...
    dan seterusnya , dan seterusnya

    BalasHapus
  9. Beda syiah sama Nu,klo tidak percaya main ke tempat kami ta kasih tau perbedaanya,karena syiah mempunyai ilmu taqiah (berbohong untuk berlindung di salah satu golongan)

    BalasHapus
  10. Afwan,wahabi tidak pernah memfitnah.

    BalasHapus

Posting Komentar